Translate

Selasa, 23 Februari 2021

Masih Seperti Dulu (Part - 2)



Tidak ada yang berubah, masih seperti dulu, di dunia ini.  Walaupun, sekarang juga, mungkin manusia memandang telah lahir dunia baru, nyatanya keliru.

  

Tapi, biarkan paranoid itu berevolusi apa adanya. Dan, abaikan saja kalau hanya sebatas konsensus haus pengakuan, milenium. Kaum pembiak intelektual kian menjamur. Ada-ada saja ya, manusia tetap doyan membual demi terhindar dari kemiskinan, namun sia-sia. Membunuh demi hidup, berkuasa dan kekenyangan. Menuding miskin adalah buah kebodohan dan itu tidak butuh solusi, akan tetapi strategis bagi konseptor desain proyek, begitulah siklus kehidupan manusia masa silam dan kini. Semua bisa bermutasi, bukan sebatas virus. Pasti ada gantinya.

It's time to breakfast?

Jackbro belum bisa tidur. Dia menyadari bahwa dia harus menyajikan menu breakfast untuk Guetas. Tapi, dia mendadak cemas karena ucapannya, beberapa waktu lalu itu, yang dia anggap menyumpahi istrinya untuk mati saja justru meresahkan diri sendiri.  "Tidurlah dan jangan bangun lagi sebelum lukisan ini nyaris tidak mungkin rampung." Karenanya, dia mengintip memastikan apakah Guetas masih bernapas, lalu merasa tenang begitu mendengar istrinya membunyikan sesuatu yang tidak enak di hidung. Jackbro terpesona mendengar bunyi dari corong yang beda. Tapi, aromanya tidak bau, ya. Seperti petasan terbakar. 

Katanya, Amazon itu adalah hutan tropis yang diakui sebagai paru-paru dunia. Lokasi ini diklaim ikut menyumbang sepertiga oksigen secara gratis adalah kemurahan alam. Sementara di tempat lain, hutan dibakar untuk menyenangkan pengusaha tani pemodal bonafit, investor. Hutan dibakar demi ketersediaan lapangan kerja. Dibakar untuk meningkatkan ekspor masa depan, dibakar untuk menambah hutang lalu buat bayar hutang, hutang demi menyelamatkan generasi tua yang telunjuknya terdepan.

Pagi dan pagi lagi. Sebentar lagi matahari terbit. Hidup adalah hidup. Hidup itu bukan pilihan. Hidup itu memang abadi. Dia datang silih berganti, patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu. Janganlah heran jika kemiskinan mulai merambah ke seluruh area dimana telah nampak jejak kaki menapak. Lantas, semakin sering terdengar manusia mati tertimbun tanah longsor, terseret banjir bandang itu, juga mati atas kehendak manusia, mati karena terlambat mendapat pertolongan pertama dan sejenisnya. Mati meninggalkan keabadiannya.

Father,  hari ini, aku ke kantor lebih awal,  kata Nura. "Aku curiga, pimpinan di kantor mengancam akan memecat para kuli yang sering terlambat, apapun alasannya."  Suara itu memecahkan lamunan Jackbro.

Yes, kata Jackbro. Sambil berbalas senyum, mereka juga saling melambaikan tangan. Nura pergi, tanpa menoleh ke belakang, sementara Jackbro memperhatikan Nura hingga tidak nampak lagi.

Kau tetap konsisten, kenang  Jackbro membayangkan sebutan father. Ucapan Nura itu memang cukup familiar dengan perkataan father, daripada menyebut ayah atau bapak. Nura terbiasa dengan ucapan father untuk memanggil Jackbro sejak Nura belajar berkomunikasi pada usia balita, usia yang ideal mengajari etika komunikasi bagi generasi penerus. Ketika etika komunikasi terabaikan, gantinya adalah hati kotor, pikiran jorok, tangan berdarah lalu makan hati.

Tapi, setelah mendengar ucapan Nura, yakni pecat, Jackbro termenung sejenak. Pikiran pria ubanan itu spontan mengembara dan mulailah dia berspekulasi, berandai-andai, berasumsi. Dia juga membandingkan buruh masa kini dengan kondisi buruh pada masa dia masih berstatus pekerja, dimana ketika itu dia tidak paham betul soal kolusi, nepotisme, juga rasialis dan diskriminasi pada level eksekutif yang ikut menjalar kemana-mana.

"Kalian harus disiplin. Taat aturan perusahaan. Siap jalankan perintah. Mampu bekerja dibawah tekanan. Terus bersemangat. Jangan coba menuntut upah tinggi, dan lakukan adegan  unjuk rasa segala. Di luar sana, masih ada ribuan orang antri cari kerja," ungkap Nura meniru perkataan pimpinannya di kantor. Jackbro tentu prihatin setelah mendengar cerita Nura saat mereka duduk ngobrol beberapa waktu lalu, mendiskusikan masa depan buruh, yang narasinya terus melekat dalam ingatan Jackbro. 

Waktu terus berlalu. Hidup terus diwarnai tekanan mental luar biasa. Bahkan, Jackbro tidak heran bahwa  mengunyah apa saja yang dimakan terasa tidak enak karena semua makanan itu memang terasa tidak enak lagi. Nenek moyang manusia sering berkata, ketika umur kita semakin tua, lidah kita semakin kapalan dan gigi kita ompong, maka makanan yang kita kunyah kemudian telan itu terasa kurang enak lagi. Hanya air putih nampak  gampang diminum, selebihnya terasa hambar. 

Segala hal yang berhubungan dengan aktifitas biologis terasa cukup meresahkan dan kurang harmonis. The golden age is over. Nyaris menduplikasi Lone Wolf.

Kenapa, pikir Jackbro, sudah tua kok manusia ngotot cari panggung, pamer identitas sehingga berpotensi mencuatkan kegaduhan, padahal aktifitas demikian cukup melelahkan, namun belakangan ini malahan kian digandrungi orang. Karena itu proyek, untuk merehabilitasi kemakmuran berlimpah yang tertunda bagi sekelompok orang lantaran  mereka hanya berdiri di tepian pemisah antara yang berkuasa dan yang belum kebagian kursi panas akibat kehilangan panggung.

Hal yang demikian itu tidak beda dengan Guetas, yang kini berstatus pengangguran tua, wanita berambut tiga warna yang selalu menolak dirias suami, tapi paksa diri minta suami mengajari teknik menulis berita ketika penasaran dengan tampilan para jurnalis, menggandrungi dunia maya sembari mengubur kebenaran lantaran terancam lengser akibat tekanan owner. Wanita yang mulai menggila media sosial itu. Wanita tua yang optimis bahwa kamera wartawan kalau digenggam hati serasa sejuk, dada membusung, kepala mendongak, tapi rejeki tipisnya.

Lantas, apa yang mau ditelan? Minum susu bungkus plastik kelas murahan, kau tidak mau. Susu berlabel eksklusif,  kau bilang tidak enak karena alergi di badanmu kambuh lagi kalau kau telan susu produk konglomerat itu. Breakfast tanpa segelas susu, serasa kurang utuh.

Padahal, dulu kau selalu minta dibelikan susu instan kemasan kardus yang bermerek sebagai minuman favorit. Kau bangga saat mencicipi, menelan tanpa beban. Ketika itu, kita mengunjungi sebuah plaza modern empat puluh tahun silam, fresh milk menjadi favorit, kenangan yang selalu menggoda ingatanku. 

Oh, itu bukan ilusi. Fresh milk itu tetap mengusik masa lalu yang kini menggoda alam pikiranku. Ketika bertambah tua, Jackbro  merasakan cukup banyak momen indah dan menyeramkan menghantui tempurung kepalanya. Belum sampai sepuluh tahun, saat dia menghadiri pemakaman orang tuanya, kini dia menyadari bahwa hidup itu singkat. Manusia menua susul-menyusul. "Tapi, zaman bapakku, hidup serasa teduh."

Ternyata, breakfast punya logika relasinya juga, apalagi hal ini berkorelasi dengan usia lanjut. Artinya, kalau selera makan berkurang, uang belanja sehari-hari bisa hemat, itu karena ada orang  menolak santapan siap saji yang menguras dompet. Ini, cukup menarik, dan perlu ada upaya alternatif menyajikan menu breakfast untuk perempuan macam Guetas yang berselera makan berubah karena isi dompet berubah-ubah.

Wah, kalau hanya sebatas itu, akan dimaklumi, pikir Jackbro ketika dia mau meninggalkan meja kreasi tempat melukis black panther si mata kucing berbulu domba itu yang nyaris tidak mungkin rampung. Lukisan mangkrak.

Jackbro menyadari bahwa kemampuan dia melukis jauh dari harapan. Tapi, dia optimis bahwa dengan melukis berulang-ulang, kepala black panther menjadi mudah dilukis. Apapun itu, dia ingin menghasilkan karya orisinil. Dia juga akui, wajah angker black panther paling sulit dilukis. Menghasilkan bola mata yang cocok saja, tidak mudah. Apalagi menganalisis isi tempurung kepala black panther itu, ketika makhluk ini lapar berat, jadi berabe.

Creatifity produces original ideas, adalah sesuatu yang memang bukan ilusi. Mendadak dia alami otak mentok. Seperti butuh alat pacu otak. Dia mengambil sebatang rokok kretek, membakar dan menghirup memainkan asap itu. Saat bersamaan, lobang telinganya seakan bebas hambatan diterpa sejuk angin pagi. Dia merasa seakan menemui energi baru. Energi  yang menggerakkan jarum jam dinding itu, yang menunjukkan saat ini belum tiba waktu yang tepat untuk menghidangkan menu breakfast. 

Guetas, jangan cepat bangun. Sebentar lagi, kita makan besar. Hempasan sejuk hembusan angin Amazon mendadak menghampiri kita, lalu  menerpa menjulang melayangkan imajinasi itu. Aku pasti ke sana, kata Jackbro. (Larikata)

Author : Yunius Djaro




Senin, 25 Januari 2021

Masih Seperti Dulu (Part - 1)

Masih seperti dulu, dia masih merokok. Aku menyarankan, berhentilah dan tinggalkan rokok. Anda sudah tua.

 

Dia malah membentak. Menyalak seperti anjing terjepit pintu. Suara itu nyaris membuatku muntah. Nuansanya, romantis berbungkus melodi cinta, yang indah dalam keindahan, tapi tulus adanya. Pura-pura membentak.

Saya ini istrimu. Hari ini, namaku kau panggil dengan sebutan Guetas. Sebentar lagi, namaku itu kau sebut Geser. Sering, kau panggil namaku Kopi, ketika kau minta dibuatkan secangkir kopi. Tidak mengapa. Menyapa diriku ember juga tidak digubris lagi.

Guetas mencibir. Dia tahu bagaimana menyiasati suami bertipikal black panther, semacam jaguar, yang layak tinggal di hutan Amazon yang indah itu, tidak adiktif. Apa jadinya kalaulah pipi membasah dituding rasis?

Aku tidak tahu sudah berapa ratus kali kau berperilaku rasis pada diriku. Aku memilih mengalah terus. Itu demi keutuhan kita. Toleransi. Padahal, idealnya, kita pisah ranjang. Bahkan, pisah pulau, terserah kau saja. 

Tapi, kini dan mungkin seterusnya, Guetas gagal. "Betul, dia adalah ayahmu, karenanya gaung ucapan ini aku telan sendiri," kata Guetas kepada anaknya, Nura, yang akan bergegas menuju kantor.

Nura, ujar Guetas, bekerjalah secara profesional. Lihatlah, bapakmu sudah tua, penganggur, perokok berat dan penyakitan pula. Sekarang, kau adalah tulang punggung keluarga. Jika kau dipecat, rumah ini kita jual buat biaya hidup.

Guetas berkata, setiap saat keluarga kita terancam bangkrut. Sistem kontrak kerja memang potensial buat kami para orang tua yang usia lanjut ini merasa terintimidasi secara moril. 

Bayangkan, kata Guetas kepada putrinya itu, jika saja bulan depan, kontrak kerja itu tidak diperpanjang, mau apa kita ini. Lamar kerja lagi? Kehidupan buruh seperti telur diujung tanduk. 

Nura hanya tersenyum mendengar ucapan ibunya. "Aku paham," kata Nura, yang juga membenarkan pernyataan ibunya mengisyaratkan nasib buruh seperti telur diujung tanduk adalah suatu kecemasan fundamental.

Mereka berpisah. Guetas mendekati suaminya. Terserah kamu saja, Jackbro. "Tidak boleh  seorang pun mendengar kata-kata yang cocok untuk menjustivikasi sang pecandu."

Lantas, kenapa masih terdengar suara orang batuk? "Batukku tidak berdarah lagi, Guetas."  Penyakit yang saya alami ini perlahan-lahan akan pulih, kata Jackbro, yang menyadari betul bahwa manusia tidak mampu menyembuhkan orang sakit.

Selinting rokok habis terbakar. Asap menggulung melewati cerobong, yang dicolok karena tersumpal upil, menyembur putih sutra warna menggulung indah sekali.

Oh, pria jago pelintir, kau itu tua. Master gagap. Boleh kau pelintir asap rokok ini, tapi jangan coba kau pelintir maklumat itu. Ultimatum, sikat habis. Itu bukan pelanggaran hak asasi manusia. Mati kita.

Kau itu, kata Guetas penuh kesal. Senyumanmu kurang elok. Tawamu lepas, tapi untuk menghibur diri sendiri. Aku tidak heran, tawa canda macam begitu membuat perempuan salah fokus.

Bicaralah selagi kau mau. Aku tidak ingin berdebat, kata Jackbro. Apalagi, hari ini kita menganggap tidak penting merayakan empat puluh tahun hidup bersama. Nampak menggelitik, hanya karena kau batuk, kau berkata, buah dari hasil menghirup asap rokok selama empat puluh tahun meski kau bukan perokok.

Cukup banyak orang mempertanyakan batuk yang dialami suamiku. Aku selalu menyarankan, dia berhenti merokok. Kami nyaris berhantam. Malam makin larut. Dua cangkir kopi ludes. 

Tanpa kopi, perokok mati total, mati terbunuh kreatifitas. Sesederhana itukah ilustrasinya? Ungkapan itu membuatku termenung, dan menyimpulkan sekolah masa kini itu penting, walau berujung pada kultur perbudakan mayoritas.

Retorika memang selalu muncul dalam kondisi orang memandang kemapanan hanyalah ketertinggalan, atau orang yang isi kepalanya bersemi replika kekejaman masa silam yang diduplikasi masa kini. 

Perbudakan hidup lagi. Sehebat apapun sang mentari, manalah mungkin dia selimuti pelangi. Sama-sama kan indah pada waktunya. Masih seperti dulu.

"Masih ada hari esok, kau bisa merokok lagi," kata Guetas. Istirahatlah, ujar Guetas membujuk Jackbro, ingat umur.

Buat apa? Biarkan umur memacu nadiku. Nanti dulu, kata Jackbro dalam hati. "Jangan kau bilang aku sudah tua."  Jackbro sinis, tapi dia tidak membuyarkan isi kepalanya untuk menginjakkan kaki di hutan Amazon. 

Oh, Amazon. Indah itu. Neraka hijau. Amazon memang beda sekali dengan rayuan pulau kelapa. "Bukan lautan hanya kolam susu."  Amazon adalah masa depan umat manusia.

Amazon, hutan hujan tropis seluas 5,5 juta kilometer persegi, terletak di sembilan negara. Negara dimaksud yakni: Brazil, Kolombia, Peru, Venezuela, Ekuador, Bolivia, Guyana, Suriname dan Guyana Perancis.

Kalau saja aku bisa ke tempat ini berarti kesempatan menulis buku tentang Amazon, menulis buku dalam perspektif manusia Indonesia, bisa terwujud. Wow, keren.

Wow, keren betul, pikir Jackbro. Standing and flying. Sembilan negara pasti aku kunjungi. Ketika menginjakkan kaki di tanah Amazon itu, berarti sembilan negara sudah aku datangi. 

Sesederhana itu. Tidak mengapa, kita perlu sederhanakan sesuatu yang ternyata tidak sederhana, apalagi ingin menyamakan diri dengan black panter sang kucing hitam yang jago membunuh untuk makan.

Jangan sengaja menyakiti siapapun, suamiku, kata Guetas geram sembari melangkah menjauhi Jackbro si mata kucing yang serius melukis wajah humanis black panther.

Aku bergeser beberapa meter dari sisinya. Posisi duduk berhadapan. Kepulan asap rokok membakar spritualitas diri, seperti yang selalu diulang-ulang dalam ucapan dia.

Beruntung, manusia Indonesia gagal membujuk pemerintah legalkan ganja. Makanya, yang nampak pada gambar seram di bungkus rokok bertulis peringatan: rokok merenggut kebahagiaan saya satu persatu. "Karena rokok, saya terkena kanker tenggorokan."

Jackbro mengatakan, dia tidak perduli kalau harga rokok dinaikan. Dia malah senang sekali kalau harga rokok makin mahal. Soalnya, dalam perspektif inilah dia ingin menyaksikan kemiskinan struktural berkembang makin meluas dan merata dipicu keserakahan manusia paksa jual mahal.

Mata merah melotot. Tersenyum sinis. Melirik penuh pesona. Hampir  setiap hari dia melukis tidak rampung, tapi lukisan yang paling menarik saat ini, menurut Jackbro adalah lukisan bertema toleransi, berlatarbelakang hutan kota sementara black panter dan rusa saling menyayangi.

Oh, ya? Betulkah kita sudah tua? Umur adalah langkah kaki yang belum berujung. Pada ujung dimana langkah itu terhenti, bukan urusan manusia.

Perlu kau ketahui, Guetas, kata Jackbro bernostalgia mengenang empat puluh tahun silam, masa indah pertama kali bertemu, namun hingga kini indah tetaplah indah pada waktunya.

Perlu kau ketahui, Guetas. Aku dibilang tua, memang betul. Beruntung, kita tidak saling melengserkan, padahal kita mungkin dituding manusia bermuatan wabah, virus cerdas pandai bermutasi.

Ke sini saja, duduklah di sampingku. Aku ingin berterus terang mengatakan aku bukan manusia penyakitan. Dengarlah, bukan aku sakit, tapi manusia adalah rumah segala macam penyakit, beda dengan rumah sakit yang didesain bebas penyakit.

Soalnya, sejak kecil, aku sudah mengalami pendarahan hebat dan itu menakutkan, seperti gusi berdarah karena gigi tercabut. Hingga aku tua, gusiku sering  berdarah.

Telapak kaki berdarah karena menginjak duri. Aku sudah pernah batuk darah dan muntah berdarah. Aku juga pernah berak darah dan kencing berdarah. Sesungguhnya, aku ini menderita penyakit apa? Kanker itu deritaku? Nanti dulu. Hanya itu tubuh manusia mengandung darah, jangan cemas. 

Nanti saja. Dunia hampa tanpa rokok. Tidak ada yang perlu dicemaskan. Bagiku, manusia beruntung karena tubuhnya terbalut kulit. Rokok itu mahal karena tembakau terbungkus kertas. Telanjang itu, kata orang, manusiawi.

Malam kian larut. Ada baiknya, kau tidur duluan, Guetas. Jackbro tidak ingkar janji, kalau itu hanya soal menyiapkan menu breakfast. Jangan cemasi kekinian ini. Aku masih seperti dulu.

Aku, Jackbro, pasti membangunkan kau setelah aku selesai melukis black panther si mata kucing berbulu domba itu. Tidurlah, dan jangan bangun lagi sebelum lukisan ini nyaris tidak mungkin rampung. It's time to breakfast. (Larikata)

Author: Yunius Djaro  

Short Story', Januari 2021






Jumat, 18 Desember 2020

Meracik Tepung Kasar Dari Batang Pisang



Transkrip Video :
Meracik Tepung Kasar Dari Batang Pisang untuk Pakan Ayam & Pupuk 
___________________

Selamat sore, rekan-rekan dimana pun anda berada, sore hari ini cuaca di daerah kami agak mendung, namun  tidak menyurutkan semangat kita untuk berkarya.

Kali ini, saya ingin berbagi cerita, cerita tentang cara memanfaatkan limbah pertanian, seperti batang pisang untuk dijadikan tepung, tepung batang pisang, walaupun agak kasar tapi bisa digunakan untuk campuran bahan pakan atau bahan-bahan pupuk.

Seperti yang ada di depan saya ini, inilah gambarnya, batang pisang yang sudah berubah menjadi tepung.

Ini, butuh waktu sekitar dua minggu, dia akan menjadi tepung, dikerjakan secara manual.

Batang pisang yang kita gunakan ini, batang pisang yang sudah tua, yang sudah diambil buahnya.

Jadi, seperti ini batangnya. Lalu, dari situ batang ini diiris menggunakan pisau dengan ketebalan maksimal tiga milimeter.

Cara memotongnya seperti ini. Ini, sudah ada di depan saya ini. Setelah dipotong, ini volumenya sedikit, untuk bahan contohnya saja, peragaan, jadi gampang mendemonstrasikannya. 
Setelah dipotong, kita mencampur dengan dedak. Dedak ini, anda boleh menggunakan berapa saja, berapa genggam pun tidak masalah, sesuai dengan kemauan anda. 
Setelah itu, diremas dan dibalik-balik sampai merata, kemudian ditaburi gula, gula sedikit saja. Karena ini sedikit, jadi satu sendok sudah cukup. Juga, kita tambahkan beras. Ini fungsinya biar aromanya cukup wangi. Setelah itu, kita masukan ke bak. 
Nah, ini, seperti ini. Kita bisa sambil meremasnya karena memang kita melakukan secara manual. Kemudian, kita tutup, biarkan sampai tiga empat hari, nanti kita bolak-balik lagi. 
Apabila kita merasa untuk perlu menambah dedak atau juga gula, tidak masalah biar aromanya tetap terjaga bagus. Nah, ini, kita butuh waktu sampai dua minggu.

Ketika dua minggu, hasilnya seperti ini. Dari sini, anda gunakan untuk menjadi bahan campuran, campuran pakan.

Sekarang, saya ingin memperagakannya. Di depan saya ini sudah ada bahannya, dedak, dedak sekitar sembilan mangkok. Kemudian, juga, nanti saya campurkan sama beras. 
Ini, ada bubur, bubur nasi sisa yang saya rebus, sekitar lima mangkok.  Mangkoknya seperti ini. Kemudian, saya campuran lagi dengan ampas
ikan. Ampas ikan ini dua ribu sekilo, saya beli di pasar, lalu gula segenggam atau setengah, tidak apa-apa.

Kemudian, beras lagi. Bisa dicampur dengan gilingan jagung yang halus, beberapa pun anda mau tidak masalah. Atau juga gilingan jagung kasar. 
Anda boleh mencampurnya, bebas berimprovisasi, ukurannya tergantung anda. Kemudian, bisa juga bulak-balik. Bahkan, kalau anda juga punya bahan-bahan sisa, yang tidak 
bisa dikonsumsi lagi, seperti mie instan boleh mencampurnya. 
Nah, begini cara kerjanya. Setelah itu, anda boleh mencampur dengan tepung kasar ini. Anda mau mencampur tepung kasar ini, nanti anda sendiri  yang merasakan lebih cocok itu, lakukan saja. Saya tidak menentukan berapa banyaknya.

Nah, perlu saya tambahkan juga bahwa kenapa kita membuat ransum ayam ini,  ransum ayam itu harus terdiri dari beberapa bahan, bukan satu macam, karena tiap bahan yang kita gunakan, baik kacang-kacangan, jagung, kedelai atau bungkil kelapa, tepung batang pisang ini, itu, masing-masing bahan itu punya kelemahan. 
Dengan dicampur bahan-bahan ini, dia saling melengkapi. Jadi, kira-kira unsur-unsur yang dibutuhkan untuk makanan itu, seperti karbohidrat, protein, lemak bahkan vitaminnya itu sudah bisa menyatu.

Nah, itupun juga, walau semua bisa terwakili, bukan berarti ayam kita nanti bisa luar biasa besarnya, bisa cepat besar atau apa ya karena banyak faktor yang membuat kita bisa melihat ayam kita itu cepat besar atau lambat.

Bisa jadi sistem pencernaan ayam kurang bagus juga mempengaruhi tingkat pertumbuhan ayam karena semua bahan-bahan ini tidak bisa dicerna seratus persen oleh ayam karena begitulah keterbatasannya.

Makanya, tidak semua ayam itu cepat besar, mungkin juga faktor bibit. Bibit yang kurang bagus juga membuat pertumbuhan pertumbuhan ayam itu lambat. Atau juga penggunaan kandang yang kurang memenuhi
persyaratan yang layak. 
Jadi,  sebelum saya membuat pakan ini, saya sempat membaca karya tulis dari seorang  profesor.
Profesor Dr Ir GDE  Bidura MS, pengajar pada program studi peternakan Universitas Udayana, ini,  buku ini merupakan bahan ajar yang diterbitkan pada tahun 2015. 
Di situ, dia banyak bercerita tentang bahan-bahan organik yang bisa kita gunakan untuk menjadi bahan makanan, kemudian kita fermentasi. 

Jadi, bisa kita fermentasi tadi, kita vacum. Ya, kalau kita vacum dia, satu kali dua puluh empat jam atau minimal tiga kali dua puluh empat jam, boleh kita gunakan langsung. 
Dan, kalau kita tidak ingin menggunakannya 
sebagai makanan ayam, kita bisa gunakan sebagai pupuk. Nah, inilah dia, seperti contoh ini, saya ambil, kalau menggunakan buat pupuk, kemudian dicampur, diaduk pada air sepuluh liter, baru kita siram ke tanaman kita.
Jadi, perlu saya tambahkan juga, keunggulan lain dari pakan yang saya bikin ini, kalau dijadikan pupuk tanaman, maka sudah pasti tanaman itu akan menjadi subur, segar, dan di tanah-tanah  sekitar tanaman itu, di pot sekalipun, akan muncul banyak cacing tanah. 
Tanah menjadi subur, tanah yang keras sekalipun bisa menjadi butiran-butiran, seperti butiran beras. Dan, kalau anda mau berternak cacing, bahan ini bisa digunakan untuk makanan cacing. 
Atau beternak cacing di bawah, pada tanah yang ada tanamannya pun, setelah anda panen sayur-sayuran anda, misalnya, anda bisa kumpul cacing-cacing dan bisa juga diolah lagi menjadi makanan ayam anda. Jadi, semuanya bersirkulasi, ngak ada yang merepotkan kita. 
Jadi, kita bisa punya sumber makanan alternatif dari cacing yang kita dapat dari sekitar tanaman kita. 

Nah, perlu juga saya sampaikan bahwa  beternak ini bagi kita yang punya keterbatasan lahan ini cukup ideal, ya.

Dan, kita juga harus menganggap bahwa beternak itu adalah bagian dari entertainment sehingga kita merasa tidak terbebani. 
Mungkin, dengan sepenuh ekor induk ayam, ayam betina,  dan juga dua ekor jantan, kalau anda memberi makan ini tiap hari, produksi telurnya seperti berkesinambungan dan anda tidak perlu harus beli lagi telur di tempat lain, tapi anda bisa produksi telurnya saja. 
Nah, kelebihan lain bahwa kalau anda ingin 
membandingkan ayam yang makan makanan ini, yang seperti yang saya olah ini, anda bisa membeli dua ekor ayam potong, yang beratnya sekitar satu atau dua kilogram. 
Kemudian anda pelihara beberapa lagi, beberapa minggu dan memberi makanan seperti yang ini, makanan yang saya buat ini, maka anda akan merasakan perbedaan yang signifikan antara ayam potong itu, yang tidak diberi pakan ini dengan ayam yang sudah diberi pakan ini. 
Saya pikir, demikian penjelasan saya yang singkat  ini. Sampai jumpa pada edisi mendatang, terimakasih.

Rabu, 16 Desember 2020

Manfaatkan Bubur Nasi untuk Pakan Ayam dan Pupuk


Video Transcript:

Manfaatkan Bubur Nasi untuk Pakan Ayam & Pupuk
________________________

Selamat sore kawan kawan di manapun anda berada, sore hari ini saya ingin berbagi cerita membuat pakan dari dedak dan juga dari bubur nasi yang sudah direbus.

Berikut bahan lainnya, nanti akan saya perlihatkan satu demi satu.

Tapi, sebelumnya, saya ingin menunjukan contoh pakan yang saya buat seperti yang ada di drum plastik ini. Ini drum, drum kecil, inilah pakan. 

Pakan ini nanti akan saya fermentasi, lalu setelah satu kali dua puluh empat jam atau lebih, saya akan memberi makan ayam. 

Hanya saja, kalau kita tidak ingin memberi makan ayam, kita bisa gunakan untuk pupuk dengan ukuran satu genggam ini dimasukan ke air sepuluh liter.

Nanti, anda boleh menyiram tanaman anda. Setelah anda menyiram, beberapa minggu kemudian anda akan menyaksikan sendiri tanaman anda makin segar.

Kemudian, anda akan melihat banyak cacing di sekitar tanaman anda, bisa anda korek-korek di situ. Itulah salah satu kegunaan pakan ini kalau kita tak ingin menjadikan makanan ayam.

Lalu, kalau kita juga tidak punya ember atau drum plastik, kita juga bisa vakum atau fermentasi di tempat seperti ini, kantong plastik yang kecil-kecil, kita bisa buat sesuai kebutuhan kita.

Walaupun sedikit, kalau kita ingin mencobanya, tidak mengapa. Nanti, setelah kita masukan ke drum, kita bisa menutupnya, seperti ini tutupnya, ada gelang logam untuk pres sehingga dia tidak bocor.

Nah, mari kita mulai. Ini, kami gunakan mangkok untuk menakar. Saya sudah menakar sekitar sembilan, sembilan mangkok. Setelah itu, saya akan masukan bubur.

Bubur ini tiga mangkok, artinya satu banding tiga. Jika anda ingin lebih, bisa empat gayung, boleh, atau kurang pun tidak apa-apa. Setelah itu, kita aduk.

Kita juga harus menabur beras segenggam. Ini prosesnya. Memang demikian. Saya tidak banyak menjelaskan soal manfaat beras ini.

Tapi, inilah prosesnya. Setelah itu, saya taburkan gula sekitar dua sendok. Kemudian juga, kalau kita punya ampas ikan, seperti ini, kita bisa mencampur.

Kita boleh mencampur dua atau tiga genggam, tidak masalah. Ini, ampas ikan, saya beli satu kilo dua ribu rupiah.

Kalau kita tidak punya ampas ikan, kita bisa beli tepung ikan, cuma tepung ikan lebih mahal.

Kemudian, kalau kita ingin menggunakan pakan itu untuk anak ayam, kita boleh menggunakan jagung yang kecil, gilingan agak halus.

Kita boleh memberi tiga atau sepuluh genggam, tidak apa-apa, tergantung selera kita. Kita bebas berimprovisasi membuat pakan ini.

Bahkan, kalau kita hanya ingin memberi pakan ini untuk ayam dewasa, kita bisa manfaatkan jagung pecahan besar, ini anda boleh menaruh berapa saja.

Tapi pada dasarnya kita menginginkan pakan yang benar-benar berkualitas, ekonomis, sehat, tahan lama dan ramah lingkungan.

Pakan ini, setelah anda fermentasi atau vakum, wanginya berubah menjadi makin harum. Setelah dicampur-campur, bisa anda masukan ke tong yang besar ini.

Nah, kalau kita ingin beternak, memang kadang kita dihadapkan dengan pertanyaan, apakah yang kita utamakan telur ayam dan kita tetaskan menjadi anak ayam atau makanan yang kita utamakan ?

Kalau menurut saya, ada baiknya kita stock dulu makanan kita sebanyak-banyaknya, lalu kita rencanakan berapa ekor yang mau kita piara.

Anggap saja drum plastik ini sebagai bank pakan kita atau feeding bank, lalu kalau kita hanya punya lima ekor, mungkin butuh sekitar tiga bulan pakan akan habis.

Nah, saya ingin tambahkan bahwa pakan ini, kalau meracik sedemikian ini, yang wajib ada adalah dedak, kemudian bubur.

Fungsi bubur sebagai perekat, pelembut, dan juga mengharumkan, dan memang menjadi lebih gurih bagi ayam karena dari respon dan reaksinya makan makanan ini.

Tanpa menggunakan bubur, kemungkinan untuk tidak diminati ayam cukup tinggi, karena saya sudah mencoba meracik pakan ini beberapa tahun yang lalu, dan itu selalu gagal karena saya tidak menggunakan bubur. Padahal, saya sudah mencoba menggunakan tepung terigu, tepung beras dan tepung lainnya itu juga tidak terlalu menolong.

Setelah saya melihat ada nasi sisa, dari pada langsung diberikan kepada ayam itu kurang sehat, saya membuatnya menjadi bubur, dan langsung saya coba menggunakan, ternyata hasil sangat bagus.

Saya juga ingin mengatakan bahwa pakan ini relatif murah jika dibandingkan dengan pakan instan produksi pabrik yang dijual di toko pakan.

Di toko pakan itu, harga termurah delapan ribu rupiah sekilo, sementara tertinggi sebelas ribu. Dengan kita mengolah seperti ini, kita bisa menekan biayanya sampai dibawah lima ribu rupiah.

Dan kalau kita mau memaksa, cukup lima ribu, jangan sampai lebih. Banyak bahan-bahan yang bisa anda menggunakan untuk mencampur ke pakan ini pada saat anda mengolah.

Seperti tepung kacang, tepung kedelai, atau kacang dan kedelai yang sudah tidak bisa kita gunakan, atau juga makanan yang tidak layak dikonsumsi, seperti mie instan, boleh dicampur di sini.

Kegunaan lain pakan ini untuk pupuk tanaman. Tanah anda yang tergolong rusak sekalipun, tanah kering tergolong tanah mati, keras, setelah beberapa pekan anda menyiram tanah-tanah ini akan kembali lembut.

Dan pada tanah-tanah itupun anda akan melihat banyak sekali cacing tanah. Mereka akan tambah banyak sebab setiap hari kalau anda gunakan berarti anda sudah memberi cacing anda makan.

Jadi, fungsinya bukan cuma sebagai pupuk saja, untuk makanan cacing. Dengan adanya cacing, ini membuktikan bahwa tanah anda memang bagus sekali untuk tanaman itu setelah anda menyiramnya.

Saya kira yang lain akan saya jelaskan, anda juga bisa menggunakan tepung kasar dari batang pisang.

Tapi, nanti dalam edisi berikut, saya akan berusaha untuk menjelaskan bagaimana cara mengolah batang pisang menjadi tepung yang digunakan untuk pakan ayam. Sekian dan terimakasih. (Larikata)

Sabtu, 28 November 2020

Ayam Dilarang Makan Sampah


"Ayam Dilarang Makan Sampah." Judul tulisan itu memang kontradiksi dengan obyek bahasan ini. Mestinya, judul tulisan, antara lain: Meracik Pakan Berbasis Makanan Sisa.

Bahan :
1.  Nasi, sayur dan ubi dari sisa makanan
2. Dedak padi 5 kg atau 10 kg
3. Air cucian beras 2 liter
4. Gula pasir 1 genggam
5. Tepung ikan atau ampas ikan teri kering


Peralatan :
1. Panci masak, tinggi 15 cm, diameter 30 cm
2. Terpal
3.  Ember
4. Gayung air
5. Drum plastik atau kantong plastik

Meracik Pakan :
. Rebus nasi, sayur dan ubi menjadi bubur
. Bentangkan terpal
. Tuang dedak di terpal
. Tuangkan bubur panas pada dedak
. Taburkan tepung ikan secukupnya
. Larutkan gula di air beras dan siram merata
. Aduk campuran bahan secara merata
. Masukan bahan ke drum atau kantong plastik       untuk  vacum

---------------------------------

Seperti diketahui, model olah pakan tersebut adalah pemanfaatan sisa makanan dicampur bahan dasar pakan seperti dedak, dikerjakan secara manual, dan divacum. 

Belakangan ini, sisa makanan dipopulerkan sebagai sampah organik. Sampah organik itu dijadikan bahan baku pakan ternak  dan juga pupuk tanaman.

Model ini cukup simpel dan cocok bagi  peternak dadakan yang fokus beternak unggas berskala kecil karena lahan terbatas, namun tetap mengedepankan opsi efektif dan efisien, ekonomis dan higenis serta ramah lingkungan, sementara ayam atau unggas relatif sehat.

Komposisi bahan yang digunakan, khususnya bubur nasi dan sisa makanan berguna untuk perekat dedak dan tepung ikan atau serbuk ikan asin dan bahan lain. Pakan dengan komposisi seperti ini tergolong murah, jika dibandingkan  pakan produksi pabrik seperti yang dijual di toko pakan unggas. 

Dianjurkan tidak menggunakan minyak sisa goreng makanan sebagai campuran pakan  karena lemak minyak akan menempel pada bulu ayam sehingga ayam nampak tidak sehat, dan mati. Margarin juga termasuk jenis makanan yang tidak cocok dicampur ke pakan jenis ini.

Catatan penting yang perlu diperhatikan adalah jenis bahan seperti bubur, dedak, air cucian beras, dan gula harus ada. Jika  aroma pakan tidak harum berarti pemakaian gula sangat irit. Jika tidak punya air cucian beras, sebagai ganti, rendam beras setengah liter pada air dan campurkan ke pakan.

Namun, jika ingin mendapat aroma  buah pada pakan, seperti wangi nanas, misalnya, blender buah nanas  dan aduk bersama bahan pakan dimaksud. Model olahan pakan seperti ini, ada yang menyebut pakan fermentasi

Selesai meracik pakan, masukan ke drum plastik kedap udara. Pakan ini juga bisa dimasukan dalam kantong plastik dan diikat sehingga kedap udara. Jika tempat penyimpan tidak bocor, pakan dapat bertahan minimal enam bulan atau lebih. Pakan  bisa digunakan jika telah divacum  minimal 24 jam.

Aroma khas pakan ini tergolong ramah lingkungan, begitulah sensasi yang anda rasakan. Hal menarik dari produk daur ulang ini,  selain menjadi pakan unggas,   bisa digunakan untuk pupuk tanaman.

Jika anda tidak berminat menjadikan produk ini sebagai pakan unggas, anda bisa gunakan untuk pupuk tanaman, seperti tanaman hias di rumah atau juga tanaman pertanian. Caranya,  satu genggam  pakan dimaksud ke air 10 liter, dan siram tanaman tersebut. Go green dalam pencitraannya kian nampak ketika pupuk ini diaplikasikan ke tanaman. 

Walau demikian, komposisi  pakan bisa dikombinasi dengan pecahan biji jagung dan kacang-kacangan, kemudian divacum. Ampas tahu dan kelapa boleh digunakan  untuk campuran pakan agar variatif.

Sisi lain kegunaan pakan ini adalah dapat dimanfaatkan sebagai bahan  pengusir serangga, khususnya lalat di area  kandang dan sekitarnya. Caranya adalah campurkan satu atau dua genggam pakan di ember berisi 10 liter air dan disiram ke area kandang. Ayam yang mengonsumsi pakan ini, menghasilkan feses yang tidak disenangi lalat.

Timbul pertanyaan, apakah pakan ini dapat dikonsumsi  ayam dewasa dan anak ayam? Jawabannya,  semua ayam boleh diberi pakan ini,  apalagi ayam lapar.  Namun, ayam usia satu hingga 14 hari, pakan diracik khusus dengan perbanyak bubur nasi sejumlah dua atau tiga panci. 

Perlu diketahui bahwa untuk mendapat hasil sesuai komposisi racik pakan tersebut di atas, penulis butuh waktu uji coba racik pakan lebih dari dua tahun. Hal ini berarti peluang gagalnya cukup sering terjadi. Padahal, yang ingin dicapai adalah membuat pakan murah berkualitas seperti komposisi tersebut di atas. 

Kegagalan uji coba pakan dapat diketahui dari respon ayam terhadap pakan kurang reaktif. Pakan tidak termakan semua, sisa makanan menjamur dan membusuk di tempat makan ayam.


Meracik Tepung Sayur

Meracik Tepung Sayur secara manual, bukanlah hal yang rumit. Tepung ini digunakan sebagai bahan campuran pakan, seperti pecahan biji jagung dan kacang-kacangan. 

Cara membuat tepung sayur itu, pertama, iris sayur dengan ketebalan satu cm, kemudian dicampur dengan dedak secukupnya. 

Kedua, larutkan satu genggam gula pasir pada air beras dua liter dan campurkan ke  dedak dan sayur. 

Ketiga, campuran bahan ini ditutup terpal, namun tiga hari kemudian bahan divacum dalam drum untuk membunuh belatung yang akan muncul di bahan tersebut. Satu jam kemudian, bahan dikeluarkan dari drum dan ditutup terpal lagi selama dua hari. 

Pada tahap ini, bahan dapat digunakan untuk campuran pakan ayam. Jika belum digunakan untuk campuran pakan, tepung sayur itu divacum agar  tetap awet dan steril. 

Sayur dimaksud adalah sampah sayuran atau sayur yang tidak bisa dimakan. Tidak disebutkan berapa banyak sayur dan dedak yang dibutuhkan sebab anda juga mampu berkreasi membuat formula terbaik sesuai kondisi anda.


Mengobati  Infeksi Ayam

Pada tahun 2020 ini,  beberapa bulan yang lalu, diketahui ayam di kandang sakit. Jumlah ayam sakit ini belasan ekor, baik jantan maupun betina. Sebagai peternak kelas teri, karena hanya mampu pelihara puluhan ekor, keadaan ini cukup merepotkan.

Padahal, desain kandang tergolong baik. Ventilasi udara dan pencahayaan cukup baik. Penerangan lampu dinilai maksimal, lingkungan kandang bebas hama, bahkan lalat saja enggan menghinggapi kandang. 

Makanan dan air cukup baik, sanitasi kandang relatif bersih. Lantai kandang terbuat dari bambu dan kawat. Desain kandang bertingkat. Kandang tergolong aman dari serangan predator.

Penyakit dimaksud, yakni telapak kaki ayam bengkak, kulit kaki  ayam kapalan dan retak kemerahan, ketika dicubit sulit terkelupas. Pada mulut ayam nampak daging tumbuh, sedangkan mata ayam juga membengkak karena terdapat gumpalan daging menutup bola mata ayam.

Ayam yang mengalami pembengkakan pada mata selalu menjerit sepanjang hari. Mata ayam berdarah karena dicakar sendiri. Kondisi demikian perlu ditanggulangi, diobati. 

Cara mengobati : 

Rebus daun Ketapang secukupnya sesuai kebutuhan pengobatan. Rebus air benar-benar mendidih. Daun rebusan itu minimal 10 lembar. Gunakan 5 liter air dengan  PH normal, seperti air mineral, atau air hujan. Jangan menggunakan air tanah untuk rebus daun itu karena air hasil  rebusan nampak kotor, daun hancur.

Tuangkan air ke dalan ember dan biarkan hingga air jadi hangat lalu mandikan ayam sakit itu. Pada bagian yang terluka digosok secara lembut. Rendam telapak kaki ayam yang bengkak itu agak lama. Air rebusan itu juga harus diberi minum ayam tersebut.

Lakukan hal serupa setiap hari atau dua hari sekali diobati. Pada pengobatan yang ketiga kali, akan nampak perubahan signifikan, dan ayam bakal sembuh.

Seperti diketahui, pilihan untuk menggunakan daun Ketapang,  bukan suatu tindakan kebetulan saja. Pilihan ini didasari kajian hasil riset dari beberapa universitas top level di Indonesia terkait kandungan obat yang ada pada daun Ketapang, seperti antibiotik, antiseptik, antitoksin dan sejenisnya. Merebus daun Ketapang adalah inisiatif penulis.

Kendati begitu, Ayam Dilarang Makan Sampah, seperti  judul tulisan tersebut di atas merupakan sinyal positif bagi peternak untuk tidak membiarkan ayam makan sampah karena sampah mengandung bakteri yang bisa menimbulkan infeksi yang menyebabkan ayam mati.

Sayangnya, bakteri yang menyebabkan ayam mati, nyatanya bukan hanya karena ayam makan sampah saja, akan tetapi ayam yang  dipelihara dalam kandang juga bisa mati akibat bakteri itu.

Berdasarkan riset Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh terkait Staphylococus Aureus, dalam Jurnal Medika Veterineria, oleh Erdi Rachmat dkk, menyatakan, salah satu bakteri yang menyebabkan infeksi akut pada beberapa jenis unggas adalah bakteri Staphylococus Aureus (S aureus) yang patogen.

Infeksi akibat bakteri itu bisa disebut bumble foot (pembengkakan pada kaki). Secara normal  bakteri ini terdapat di udara, di kulit, selaput lendir hewan atau manusia. S aureus dapat menyebar pada lingkungan yang mendukung perkembangan dan hidup secara alami. 

Penularan bumble foot terjadi akibat ayam terkena luka pada telapak kaki dan akhirnya terinfeksi  akibat adanya S aureus pada lingkungan yang kotor.

Bengkak sendi disebabkan infeksi S aureus juga  terjadi melalui kulit yang robek atau terluka pada telapak kaki disebabkan kandang kawat atau bambu yang tajam sehingga peradangan sendi terjadi pada telapak kaki.

Bumble foot ada tiga tahap yang diawali luka pada dampal kaki ayam ditandai kemerahan yang timbul dalam beberapa waktu. Dampak selanjutnya, timbul kemerahan pada kaki ayam semakin meluas sehingga kaki ayam jadi tak stabil dan selanjutnya timbul bumble foot yang makin membesar mengakibatkan ayam lumpuh dan jika tidak ditangani dari awal mengakibatkan kematian.

Dikatakan, terjadi peningkatan infeksi karena peternak kurang memahami management pemeliharaan ayam yang benar dan sehat. Infeksi S aureus yang menyebabkan bumble foot akan meningkat apabila peternak menggunakan lantai yang padat, keras dan lembab. Lantai kandang terbuat dari kawat atau bambu juga akan mengakibatkan bumble foot.

Situasi dalam kandang dan sekitarnya juga mempengaruhi tingkat infeksi, termasuk sanitasi buruk. Banyak infeksi dari S aureus yang terjadi akibat aportunistik (infeksi sekunder), bisa juga terjadi akibat trauma, imunosupresi, kondisi alergi, parasit, Infeksi jamur dan gangguan metabolisme lainnya. (Larikata)




Jumat, 20 November 2020

Katakan Saja, Makan Besar


Ujung-ujungnya, duit. Kita bisa bersepakat atau tidak, tak mengapa, ya, itu bernapas juga tak berbayar. Beda dengan sesak napas, kalau punya duit beli obat di apotik, diminum dan istirahat.

Idealnya, segera ke dokter untuk memperpanjang umur? Kisahnya hanya begitu. Cukup banyak momen menarik, yang terpaksa dipublikasikan media massa secara tebang pilih asal bapak senang, datang dan pergi setiap hari, di negeri ini. 

Akan tetapi, katakan saja, misalnya: Manusia dalam Otoritas Penyakit di Indonesia, seperti apa pencitraannya? Hal ini tentu  cukup menarik dicermati. Atau, abaikan saja dengan alasan enggan dituding hoax? 

Padahal, manusia itu identik dengan rumah untuk segala macam penyakit, beda dengan gedung rumah sakit, yang  didesain bebas penyakit.

Bahkan, Manusia dalam Kemitraan Investor di Indonesia, yang kini menjerit minta keadilan, seperti hilang ditelan oligarki?  Seperti apa pula pencitraannya? Order sepi?

Order kok sepi? Anak belum jajan. Ban bocor. Pulang ke rumah bawa tentengan sedikit saja. Di depan pintu rumah di hadapan keluarga seakan mendapat tantangan. Spontan ciptakan  aksi teatrikal seperti seorang centeng berpura-pura mengintimidasi keluarga kandung. Lapar itu bikin letih, lusuh, kumal, dan gampang berang?

Pernahkah anda bermimpi di siang hari, mimpi  menjadi orang nomor satu di dunia? Bahwa menjadi orang nomor satu,  bukan impian terjelek. Katakan saja begini, semua kepala negara adalah orang nomor satu, termasuk raja bagi monarki.

Ada sejumlah mimpi yang saya alami dalam beberapa dekade ini, tapi jumlahnya saya tidak tahu. Katakan saja, itukan mimpi tadi tak kunjung datang hanya karena berencana bermimpi  jadi presiden.

Bahkan, bermimpi menjadi putra-putri terbaik di negeri ini, pasca rezim pencetus Omnibus Law berakhir, tergolong mimpi bertipikal  tak mengapa. Memang, begitulah mimpi, tak mau perduli dengan kompromi apalagi komitmen.

Bayangkan, ketika itu, pasca pemberlakuan Omnibus Law,   seperti mereka memprediksi bahwa negeri ini, antara lain, kebanjiran investor? Pentingnya urus sertifikat tanah, kan gampang dijual, anak cucu kelak tak bakalan menang bila menyoal warisan mereka.

Duit bakal berterbangan di Indonesia? Para penggembira investor beranggapan, pemodal asing harus diperlakukan istimewa. Investor jangan diseret ke meja hijau, dan relakan mereka untung banyak agar layak berkompetisi.

Marah dan gelisah menampakan framing keseharian kita. Antara ada dan tiada, orang bertanya, sampai kapan Covid-19 ini berakhir? Walau demikian, para elit tetap tegar tersenyum sembari menggugat tanggung jawab moral masyarakat yang cukup representatif bagi kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara, di tengah aksi demokrasi jalanan yang  telah merebak.

Kendati begitu, belakangan ini muncul gagasan, manusia Indonesia harus mampu bedakan antara orang salah dan orang jahat. Manusia Indonesia itu bukan pekerja hukum.

Rumah hunian manusia penjara makin padat, over load.  Sepertinya lebih gampang memberi makan manusia penjara daripada menyuapi fakir  miskin dan anak terlantar.

Katakan saja, just say it.  Katanya, nenek moyang manusia memang paham bahwa orang besar, makan besar. Buat apa jadi investor, jadi pemimpin, kalau makan saja hanya sedikit? (Yunius Djaro)